kejujuran 2

saku agar ia tidak menghamburkan uang dan mengarahkan diri pada”saat menganggur yang berbahaya.” Meski kekurangan, Thomas sangatbahagia. Ia menonjol di antara teman mahasiswanya, yang berusahaagar kehadiran mereka berdampak pada masyarakat di masa peralihanbersejarah ini, ketika Abad Pertengahan yang gelap dan brutal mulaibergeser ke masa pembelajaran (learning) serta akal sehat yang lebihberpengharapan.Ia jadi bagian gerakan humanisme, yang pengikutnya setia kepadaGereja tetapi mengharapkan pemahaman yang lebih baik tentang Injilserta penerapan Injil yang lebih jujur pada masyarakat pekerja. Merekamempelajari berbagai pandangan filsuf terkemuka Yunani dan Romawiyang melengkapi prinsip Kristianitas terhadap moralitas dan masyarakatadil. Mereka mencari kebenaran sebagaimana maksud Allah, melalui stu-di dan debat serta diskusi intelektual. Mereka berpikir dunia bisa lebihdamai dengan kasih Kristiani dan pembelajaran lebih banyak- yang bu-kan saja melayani bangsawan kerajaan dan Gereja, tetapi seluruh umatmanusıa.Ayah Thomas tak setuju pemikiran baru ini, dan setelah dua tahun, iameminta Thomas meninggalkan Oxford dan belajar hukum di kantornyasendiri. Thomas mematuhi perintah ayahnya, karena sepanjang hidupia orang yang patuh, bukan tanpa penyesalan, tetapi tanpa mengeluhIa jadi penasihat hukum yang sukses, bahkan lebih sukses dari ayahnya.Tetapi ia tetap seorang pembelajar serta humanis, dan panggilan inikelak akan mendatangkan ketenaran lebih luas dan abadi dibandingkankarier nan tinggi sebagai orang hukum yang jujur serta dikagumi.More seorang Kristiani yang taat; untuk beberapa lama ia tinggal dibiara dengan niat menjadi pastor. Kehidupan biara merupakan hiduppengasingan dan asketisme. Meski aleh, ia menyukai kenyamanankehidupan keluarga, juga kenikmatan duniawi: musik, seni, membaca,menulis, persahabatan, perbincangan. la mencintai kotanya, London, dankota-kota utama Eropa Utara. Ia mencintai hidup. Jadi ia meninggalkanbiara untuk beristri dan membangun keluarga, serta kembali ke duniaawam.Istri pertamanya, Jane, memberi tiga putri dan seorang putra. Pernikah-

an mereka bahagia, tetapi singkat. Jane meninggal pada usia dua puluhdua. More tahu anak-anaknya butuh ibu, dan ia sendiri butuh seseoranguntuk mengelola rumah tangganya. Ia segera menikah lagi dengan jandaberusia tujuh tahun lebih tua darinya, Alice Middleton. Ini juga merupa-kan pernikahan bahagia, ditandai dengan cinta timbal-balik serta persa-habatan mendalam. Pada masa ketika seorang suami dapat sah memukulistri dengan ” tongkat yang tak lebih besar daripada ibu jari,” ia suami yanglembut serta penuh rasa hormat. Rumah mereka luas dan nyaman di tepiSungai Thames, di bagian kota bernama Chelsea, yang saat itu masihmerupakan area pedesaan. Alam sekitarnya hangat dan menyenangkan,tempat anak-anaknya tumbuh sehat, serta menjadi tempat “mengungsi”untuk menghindari tuntutan kehidupan publik yang makin sibuk. Ru-mah ini memiliki kebun indah ke arah sungai, dipenuhi berbagai jenisburung dan fauna, yang selalu menakjubkannya. Di sana ia mengawasipendidikan anak-anaknya, meski janggal anak perempuan masa itu be-lajar, bahkan belajar membaca sekalipun, dan ketika telah dewasa, ru-mahnya berfungsi sebagai sekolah bagi cucu-cucunya. Cintanya padapembelajaran dan kebenaran ada di tempat kedua setelah cinta padaTuhan, dan ia mendorong anak-anaknya mencari kebenaran melaluipembelajaran maupun kitab suci, demi kebahagiaan mereka sendiri.Margaret, putri sulung sekaligus kesayangannya, kelak jadi perempuanintelektual besar, mungkin yang paling terkenal di seluruh Eropa.◦ More sangat mencintai anak-anaknya, dan di atas itu, ia sangat meng-hargai kebersamaan dengan mereka. la merangkul pikiran mereka denganhumor serta kemahiran berbicara, dan dengan teladan pembelajaran sen-diri. Ia menulis Utopia (1516), buku tentang peradaban ideal imajineryang mendapat banyak pujian serta kemasyhuran internasional. la me-melihara persahabatan serta melakukan surat-menyurat dengan para pe-mikir besar Eropa, termasuk dengan pastor Belanda dan filsuf humanisterkenal, Desiderius Erasmus, yang jadi salah satu pengagum More diluar keluarganya sendiri. Penggambaran Erasmus terhadap More kelakjadi “gelar” yang membuat dirinya dikenang sampai saat ini: a man forall seasons (manusia untuk semua musim.)Rumah More sering dikunjungi tamu, baik orang miskin maupunkaya serperbincInggris Skecendeini. Herjujur, sepelayanaThonmenopardari perlRepudan jujuLord ChambisiusbekerjadisaEtahurani.leterhaqyang ketestan m

kaya serta berkuasa. Mereka tertarik oleh keramahan, semangat, dan
perbincangan cerdas yang sudah terkemuka dari keluarga ini. Raja muda
Inggris sendiri, Henry VIll, meski temperamental dan egois, mengagumi
kecendekiaan serta kecerdasan More dan sering mengunjungi rumah
ini. Henty sangat menikmati kebersamaan dengan tuan rumah yang
jujur, setia, serta menyenangkan; bukan saja menghargai pendapat dan
pelayanan kepada raja tetapi juga persahabatannya.
Thomas More lebih memilih tak meninggalkan rumah jika ia mampu
menopang keluarga tanpa harus keluar rumah, dan jika ia dapat terbebas
dari perhatian serta kebutuhan rajanya. Tetapi keadaan tak demikian
Reputasi More sebagai intelektual dan penasihat hukum terampil
dan jujur mendapat perhatian dari penasihat raja yang paling berkuasa,
Lord Chancellor Inggris, yaitu Kardinal Thomas Wolsey. Dia politikus
ambisius serta cerdik, mengenali bakat pria muda ini dan mendesaknya
bekerja bagi raja
Pertama-tama More bekerja sebagai diplomat, kemudian di berbagai
jabatan pengadilan, diberi gelar kebangsawanan, dan dihadiahi tanah
serta kekayaan. More menjadi favorit Wolsey dan Raja Henry. Meski
mungkin lebih suka kehidupan seorang filsuf, suami, serta ayah daripada
publik yang ramai, More juga bangga jadi orang kepercayaan serta fa-
vorit raja. Di sebagian besar waktu, raja dan ia memiliki kesamanaan
pandangan filosofis serta agamawi
Ketika Wolsey mengalami kejatuhan, akibat hal serupa yang kelak
akan menimbulkan kematian bagi Thomas, Henry menjadikan temannya
ini Lord Chancellor. Ini posisi tertinggi di pengadilan, dan Thomas More
merupakan orang awam pertama yang mendudukinya. Penunjukan ini
disambut hangat oleh pengadilan serta masyarakat, karena semua orang
tahu Thomas jujur dan akan menjalankan kewajiban dengan hati nu-
rani.
Ternyata ia terlalu jujur bagi rajanya.
Martin Luther, seorang pastor saleh dan penantang di Jerman, protes
terhadap praktik korupsi oleh Gereja Katolik, menggerakkan konflik
yang kelak akan memecah Eropa selama berabad-abad. Reformasi Pro-
testan merupakan koyakan terakhir bagi persatuan Gereja Katolik, dan
7